METODE PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
LAPORAN
PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Praktikum Pengantar
Teknologi Pertanian
Oleh
Kelompok : 1
Akmaniyah (151510501201)
Sofi Unah Binti Riyanto (151510501213)
Aulia Hikmah Vira (151510501152)
Wildatun Munawara (151510501185)
Yulid Nisrohah Zaizulini (151510501052)
Rofi’ah (151510501209)
Dinda Nabila Maulani (151510501243)
Muhammad Ali Wafi (151510501318)
Dwi Nur Aini (151510501071)
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi (Oryza
sativa L.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan unggulan di
Indonesia, sehingga diharapkan produktivitas padi terutama padi sawah perlu
ditingkatkan secara optimal. Hal ini karena kebutuhan akan beras terus-menerus meningkat
sesuai dengan perkembangan penduduk pada tiap tahun. Padi sebagai sumber
makanan pokok penduduk Indonesia bahkan Asia. Komoditas ini dapat
meng-guncangkan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan pemerintahan apabila
ketersediaan padi tidak cukup atau harga tidak terjangkau.
Permasalahan
utama dalam kegiatan budidaya padi adalah produktivitasnya yang stagnan. Pada akhir-akhir
ini, peningkatan hasil padi per ha tidak signifikan. Secara nasional pada tahun
2011, produktivitas baru mencapai sekitar 5 ton per ha. Bahkan di daerah Jawa
Tengah, produktivitas padi masih berkutat pada angka kurang dari 3 ton ha. Di
sisi lain, ketersediaan lahan persawahan mulai menyempit karena adanya
pengalihfungsian dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman, hal ini
menyebabkan lahan menjadi sulit untuk dikembangkan. Oleh karenanya, perlu terus
dicari metode budidaya yang dapat meningkatkan hasil dan produktivitas budidaya
tanaman padi. (Hatta, 2012)
Menurut
Kartasapoetra dalam Lesilolo (2013), benih merupakan biji dari suatu tanaman
yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki
fungsi agronomis. Kualitas benih sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman.
Benih dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul dalam konteks agronomi,
sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum
dengan sarana teknologi yang semakin maju dengan catatan tidak merusak ekologi
lingkungan.
Kualitas
benih
berperan penting dalam peningkatan produksi budidaya tanaman padi. Salah satu
parameter penting dalam menentukan mutu benih adalah kemampuan benih untuk
hidup (viabilitas benih) atau kemampuan untuk berkecambah. Indikasi viabilitas
benih dapat diduga melalui daya berkecambah. Benih berisi cadangan makanan dan
senyawa yang berpengaruh terhadap perkecambahan. Perubahan atau penurunan
viabilitas benih merupakan implikasi dari kemunduran kualitas benih. Kemunduran
kualitas benih merupakan mundurnya mutu fisiologi benih yang dapat menimbulkan
perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik dan fisiologis maupun biokimia yang
dapat menurunkan vigor, viabilitas, dan daya berkecambah pada benih tanaman
padi (Firdaus, 2014).
Salah
satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani
adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran
kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka semua kegiatan dalam
proses pemanenan serta kegiatan pasca panen meliputi perontokan, pembersihan,
dan cara pengeringan gabah untuk benih sangat menentukan mutu benih, oleh
karena itu kegiatan tersebut perlu di tingkatkan serta diefisienkan. Faktor
yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai
kadar air mencapai 10-12%. Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus
dikemas secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus untuk
penyimpanan. (Ishaq, 2009.)
Menurut
Prasetyo (2001), benih yang baik adalah benih yang memiliki banyak cadangan
bahan makanan atau nutrisi. Benih yang baik akan tumbuh lebih cepat dan
seragam. Benih yang dipilih harus memiliki beberapa kreteria diantaranya ialah
benih benar-benar tua dan kering, butir benih padi harus bernas atau tidak
kosong, selain itu benih harus murni serta bebas dari hama dan penyakit. Salah
satu faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya produksi padi adalah penggunaan
benih padi yang tidak bermutu misalnya
ada patogen yang terbawa benih selama benih berada pada tempat penyimpanan. Salah
satu faktor yang menentukan mutu benih adalah kesehatan benih yang ditentukan
oleh keberadaan mikroorganisme pengganggu yang terbawa benih, seperti jamur,
bakteri, nematoda ataupun virus. Penggunaan benih yang sehat dalam kegiatan
produksi pertanian sangatlah penting, karena benih merupakan titik awal untuk
mendapatkan tanaman yang sehat. oleh karena itu benih harus terhindar dari
mikroorganisme pengganggu.
Kerugian yang
dapat ditimbulkan oleh patogen yang terbawa benih adalah pertumbuhan tanaman yang
telah ditanam akan terganggu. Mikroorganisme terbawa benih juga akan
menyebabkan penurunan daya kecambah benih, sehingga proses perkecambahan,
pertumbuhan serta perkembangan benih akan terhambat. Selain itu patogen terbawa
benih juga akan penurunan mutu hasil produksi baik secara kualitas maupun
kuantitas. Oleh karena itu dianggap sangat penting untuk mengadakan uji
kesehatan terhadap benih padi sebelum disemai.
1.2
Tujuan
Pengujian
kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui jenis patogen yang dibawa oleh
benih. Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk berbagai tujuan antara lain :
a.
Mengevaluasi kesehatan benih
sebelum disebarkan keberbagai tempat untuk keperluan pertanaman.
b.
Mengevaluasi efek dari
fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
c.
Mengevaluasi usaha usaha
pengendalian penyakit dilapangan dalam rangka mencegah penyakit yang ditularkan
ke biji.
d.
Usaha mengadakan survey
penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga dapat mengetahui
penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
e.
Karantina tumbuh tumbuhan
untuk mencegah keluar masuknya patogen yang membahayakan
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengantar
Teknologi Pertanian dengan judul “Pengujian Kesehatan Biji (Benih)” dilaksanakan di Agroteknopark Jubung, Jember pada hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 07.00-selesai
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
1. Sampel Biji Padi
2.3 Metode
Praktikum
1. Membuat kelompok (5-7 orang /kelompok atau
menyesuaikan).
2. Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian
kesehatan benih dengan cara pemeriksaan biji kering.
3. Mengambil biji padi secara sampling sebanyak
50-100 gr/kelompok, dan melakukan pemeriksaan secara kering.
4. Pemeriksaan biji dilakukan terhadap hal-hal
sebagai berikut : (1) bernas tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) biji
bercak, (4) ada tidaknya kotoran, (5) jamur di permukaan biji, (6) sklerotia,
dsb. Menghitung berapa jumlah dan persentase dari masing-masing parameter
tersebut, membuat dokumentasinya.
BAB
3. HASIL
PEKERJAAN
PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
|
|||
Parameter
|
Uraian
|
Persentase
|
Dokumentasi
|
Bernas
Tidaknya Biji Padi
|
Dari
100 benih yang di uji terdapat 4 biji yang hampa, sedangkan 96 biji adalah
biji yang bernas, biji yang bernas adalah biji yang tenggelam ketika direndam.
|
Bernas =
96 x 100%
100
= 96 %
|
|
Warna
Biji
|
Dari
100 benih yang di ujii terdapat 2 benih yang berwarna hijau, 63 benih
berwarna kuning dan 35 benih berwarna coklat kehitaman.
|
- Hijau
=
2 %
- Kuning
=
63 %
- Coklat
kehitaman = 35 %
|
|
Biji
Bercak
|
Dari 100 benih yang di uji terdapat 21
benih yang mengalami bercak hitam pada permukaan sekamnya
|
Biji bercak:
21
x100 %
100
= 21 %
|
|
Ada
Tidaknya Kotoran
|
Dari 100 benih yang di uji tidak
ditemukan adanya kotoran pada benih.
|
-
|
-
|
Jamur
Dipermukaan Biji
|
Dari
100 benih yang di uji tidak ditemukan adanya jamur pada benih.
|
-
|
-
|
Sklerotia
|
Dari
100 benih tidak ditemukan adanya klerotia
|
-
|
-
|
BAB
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan data pada tabel
diatas yang diperoleh dari hasil praktikum acara 1 mengenai Pengujian Kesehatan Biji (Benih) yang diadakan di Agroteknopark menunjukkan bahwa benih yang digunakan untuk di
uji sebagian besar merupakan benih yang sehat. Pengujian kesehatan benih ini
dilakukan dengan cara mengamati benih dan merendam benih padi didalam air
selama 24 jam. Benih yang bernas biasanya akan tenggelam kedalam air sedangkan
benih yang mengapung merupakan benih yang tidak bernas (hampa). Metode
pengujian kesehatan benih ini sesuai dengan pendapat Hatta (2012), dia
menyatakan bahwa benih yang bernas dapat dipilih dengan cara merendam benih
didalam timba yang berisi air. Benih yang tenggelam merupakan benih yang
bernas.
Pengujian kesehatan benih
menggunakan benih padi dengan jumlah 100 biji. Benih yang bernas dari 100 benih
yang di uji adalah 96% sedangkan 4% merupakan benih yang tidak bernas. Selain
dengan cara merendam benih dalam air, pengujian kesehatan benih juga dilakukan
dengan cara mengamati benih padi, hal-hal yang perlu diamati adalah warna
benih, biji bercak, ada tidaknya kotoran, ada tidaknya jamur pada permukaan
biji dan sklerotia. Data hasil mengujian kesehatan benih tersebut menjelaskan
bahwa dari 100 benih yang di uji terdapat 2% benih yang berwarna hijau, 35%
benih berwarna coklat kehitaman serta 63% benih yang kuning, namun tidak
ditemukan adanya kotoran, jamur dan sklerotia pada benih.
Penggunaan benih dengan
mutu yang tinggi dan bersertifikat sangatlah disarankan, karena benih yang
bermutu tinggi akan menghasilkan bibit sehat dengan jumlah akar yang lebih
banyak, menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam serta akan
memperoleh hasil yang tinggi. Benih yang telah disertifikasi tidak semua benih
yang bernas. Terdapat sebagian benih yang yang tidak bernas. Benih yang tidak
bernas seutuhnya tidak akan menghasilkan bibit yang baik. Untuk mengetahui
benih bernas atau tidak perlu dilakukan pengujian.
Abdulrachman (2015)
menyatakan bahwa penujian benih untuk memisahkan benih yang bernas dengan benih
yang tidak bernas dapat dilakukan dengan cara melarutkan pupuk amonium sulfat
(ZA) atau garam ke dalam air, namun bisa juga dengan hanya menggunakan air
biasa. Pengujian benih dengan menggunakan larutan pupuk ZA dapat dibuat dengan
konsentrasi 225 gr/L air. Pengujian benih menggunakan larutan garam dapat
dilakukan dengan cara membuat larutan garam dengan konsentrasi 3%, sedangkan pengujian
dengan menggunakan air biasa, benih langsung dimasukkan kedalam timbah yang
telah diisi dengan air. Volume air harus 2 kali volume benih, kemudian diaduk
dan direndam selama 24 jam.
Perendaman benih selama
24 jam berguna untuk mematahkan masa dormansi benih. Dormansi adalah suatu
kondisi benih dalam keadaan hidup, namun sulit untuk dapat berkecambah. Dormansi
ini disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji. Selama masa penyimpanan
benih kadar air pada benih ditekankan untuk sedikit, sepaya tidak terjadi
kerusakan-kerusakan pada saat penyimpanan. Lapisan kulit yang keras menghambat
penyerapan air dan gas ke dalam biji. Sehingga selain dapat memisahkan antara
benih yang bernas dan yang tidak bernas, perendaman ini juga dapat mempercepat
proses perkecambahan benih. (Astari dkk., 2014)
Pengujian kesehatan
benih sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui benih yang bermutu dan benih
yang tidak bermutu baik karena adanya patogen, kotoran, bercak maupun sklerotia
Tindakan pencegahan kerusakan benih dalam artian benih tetap dalam keadaan baik
juga dianggap tidak kalah penting. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan perlakuan
pada saat panen maupun pasca panen serta semua perlakuan benih sebelum disemai,
yaitu selama penyimpanan. Terdapat dua faktor utama yang berperan dalam
penyimpanan benih yaitu kadar air benih dan suhu lingkungan simpan. (Masniawati,
2012)
Perlakuan pada saat
panen maupun pasca panen yang kurang baik seperti kadar air benih yang masih
tinggi, kerusakan fisik benih, serta suhu dan kelembaban pada tempat
penyimpanan yang mendukung untuk pertumbuhan jamur-jamur dan bakteri yang
terbawa benih tersebut akan menyebabkan tingginya tingkat serangan jamur maupun
bakteri pada benih. Jamur yang tergolong jamur patogen di penyimpanan (storage
fungi) akan berkembang dengan baik setelah berada di dalam gudang atau
tempat penyimpanan lainnya walaupun sebenarnya infeksi sudah terjadi sejak
tanaman masih tumbuh di lapangan.
Suhu dan kelembaban sangat
berperan terhadap pertumbuhan jamur. Suhu dan kelembaban yang tercatat di ruang
inkubasi rata-rata 29oC dan 88 %. Kondisi tersebut cukup mendukung
untuk pertumbuhan jamur. Patogen-patogen benih menghendaki suhu dan kelembaban
tertentu untuk pertumbuhannya yaitu mulai suhu 25oC dan kelembaban
berkisar antara 65 – 85%. Walaupun demikian, jamur masih dapat bertahan hidup
pada suhu dan kelembaban yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Menurut Mulyani (2014),
pengujian kesehatan benih perlu dilakukan agar dapat mengetahui benih yang
terinfeksi patogen dan sedini mungkin dapat diketahui keberadaan
patogen-patogen terbawa benih serta benih yang tidak bernas. Upaya ini
dilakukan karena terdapat beragam spesies patogen yang dapat menginfeksi benih
padi baik yang terbawa dari lapang maupun selama penyimpanan. Benih yang sehat
akan menjamin pertumbuhan tanaman yang optimal di lapangan karena benih
merupakan tahapan awal yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas hasil produksi.
Masniawati (2012)
menjelaskan bahwa, Seedling Test merupakan
salah satu metode untuk melakukan pengujian kesehatan benih. Metode ini
dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam aquadest selama 1 hari atau 24
jam. Kemudian benih padi tersebut diletakkan secara teratur pada masing-masing
cawan petri yang berisi 2 lembar kertas saring yang terlebih dahulu dilembabkan
dengan memberi larutan pupuk urea (H2NCONH2) 230 ppm
beberapa tetes. Kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam. Metode ini bisa dilakukan
untuk setiap jenis padi dengan perlakuan yang sama serta dengan pengulangan
sebanyak 3 kali. Namun cara seperti ini tidak sepenuhnya digunakan oleh
masnyarakat. Masyarakat hanya melakukan pengujian benih dengan hanya merendam
benih pada air biasa karena metode ini dianggap sangat mudah dan praktis untuk
dilakukan bahkan ada yang tanpa melakukan pengujian kesehatan benih terlebih
dahulu. Metode ini baik dilakukan untuk pengujian kesehatan benih, oleh karena
itu perlu diadakan penyuluhan kepada para petani tentang kelebihan metode
pengujian kesehatan benih ini.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengujian
kesehatan benih sangatlah penting untuk mengetahui mutu benih. Pengujian
kesehatan benih dilakukan bertujuan untuk menciptakan suatu benih yang unggul
dan terbebas dari patogen atau penyakit terbawa benih dan untuk mengetahui
jenis patogen yang dibawa oleh benih Benih yang bermutu akan menghasilkan
tanaman yang baik pula. Pengujian kesehatan dilakukan dengan merendam biji padi
selama 24 jam. Hasil pengujian kesehatan benih yang dilakukan menunjukkan bahwa
96% benih bernas, 2% benih yang berwarna hijau, 35% benih berwarna coklat
kehitaman serta 63% benih yang kuning, namun tidak ditemukan adanya kotoran,
jamur dan sklerotia pada benih.
5.2 Saran
Dalam
pengujian benih sebaiknya menggunakan peralatan bahan laboratorium yang memadai,
sehingga tahap penyeleksian benih dapat berjalan cepat tanpa memakan waktu yang
sangat lama. Karna apabila pengujian benih dilakukan secara manual yaitu hanya
dengan diamati biasa maka penggagu (mikroorgamisme) yang menyerang benih
tersebut tidak dapat di lihat sepenuhnya. Pengujian kesehatan sebaiknya
dilakukan secara kelompok agar semua anggotanya mengetahui tata cara mengamati
benih. Untuk mendapatkan benih unggul dengan varietas yang baik. Sebaiknya
petani lebih memperhatikan tanaman padi yang di tanamnya supaya menghasilkan
produksi yang terbaik dan hasil produksi tersebut bisa di kembang biakan
kembali untuk memperbanyak keturunnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulrachman, S., S. Wibowo, dan E. Suhartatik. 2015. Panduan Teknologi Budidaya Hazton Pada
Tanaman Padi. Jakarta: Agro Inovasi
Astari,
R.P., Rosmayati, dan Eva S. B. 2014. Pengaruh Pematahan Dormansi Secara Fisik dan
Kimia Terhadap Kemampuan Berkecambah Benih Mucuna (Mucuna Bracteata D.C). Agroekoteknologi, 2(2):803-812
Firdaus, J., R.
Hasbullah, U. Ahmad dan M. R. Suhartanto. 2014. Deteksi Cepat Viabilitas Benih
Padi Menggunakan Gelombang Near Infrared dan Model Jaringan Saraf Tiruan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,
33(2): 77-86
Hatta, M. 2012.
Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas
Padi Pada Metode SRI. Agrista, 16(2):
87-93
Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi.
Jawa Barat: Departemen Pertanian.
Lesilolo, M. K.,
J. Riry dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas Dan Vigar Benih Beberapa
Jenis Tanaman Yang Beredar Di Padaran Kota Ambon. Agrologia, 2(1):1-9
Masniawati,
A., T. Kuswinanti, dan R. B. Gobel. 2012. Identifikasi
Cendawan Terbawa Benih Pada Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan
Pare Lambau Asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Hama dan Penyakit, 2(2):1-9
Mulyani, R.B.,
A. A. Djaya, dan B. Subara. 2014. Pengujian Kesehatan Benih Lima Genotip Padi
Lokal di Kalimantan Tengah. Agri Peat,
3(5):1-8
Prasetyo. 2001. Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar